Moestadjab Soemowidagdo memulai perjuangannya dalam dunia politik sejak muda. Ia bergabung dengan Partai Nasional Indonesia (PNI) yang merupakan salah satu partai politik terkemuka pada masa penjajahan Belanda. Selain berperan aktif dalam PNI, ia juga dikenal sebagai tokoh pemuda yang gigih melawan penjajah.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Moestadjab Soemowidagdo terus berjuang untuk mengisi kemerdekaan yang baru saja diraih. Ia menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), yang bertugas untuk menyusun dasar negara dan undang-undang dasar Republik Indonesia.
Karier politik Moestadjab Soemowidagdo semakin menanjak setelah kemerdekaan. Pada periode 1958-1964, ia menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Fraksi PNI. Kemudian, di masa pemerintahan Presiden Soeharto, Moestadjab Soemowidagdo dipercaya menjabat Menteri Koordinator Perekonomian pada Kabinet Pembangunan VII periode 1988-1993.
Berkat dedikasinya dalam dunia politik, Moestadjab Soemowidagdo mendapatkan berbagai penghargaan atas jasa-jasanya. Salah satunya adalah Bintang Mahaputra Utama yang diberikan oleh Presiden Megawati Sukarnoputri pada tahun 2002 sebagai bentuk penghargaan atas kontribusinya dalam pembangunan bangsa.
Agama yang dianut oleh Moestadjab Soemowidagdo adalah agama Islam. Ia merupakan salah satu tokoh Muslim Indonesia yang memiliki peran penting dalam perjalanan sejarah bangsa. Meskipun telah tiada, namun warisan perjuangan dan dedikasinya untuk kemerdekaan tetap dikenang dan dihormati oleh rakyat Indonesia.
Sebagai seorang pejuang kemerdekaan dan politisi handal, Moestadjab Soemowidagdo meninggalkan jejak yang menginspirasi bagi generasi penerusnya. Dengan semangat patriotisme dan cinta tanah air, ia memberikan contoh bahwa dengan usaha dan pengabdian kepada bangsa, setiap individu dapat ikut berperan membangun Indonesia menjadi negara yang lebih baik di masa depan.